JAKARTA — Tim penyidik Polisi melepas sembilan mahasiswa yang
dilaporkan Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka ke Polda Metro
Jaya, Sabtu 11 April 2015 sore, setelah
mereka meminta maaf kepada Kwarnas dan mengakui kesalahannya.
Verra Tri Satria alias Vetris aktivis mahasiswa yang
mengaku sebagai pimpinan dan pendiri “Forum Perguruan Tinggi Lintas
Racana (LIRA)”, mengatakan “Mewakili teman-teman, saya meminta maaf kepada Kak Adhyaksa dan
Kwarnas atas terjadinya peristiwa ini,”
Menurut Vetris, dirinya berjanji akan membekukan organisasi yang ia dirikan itu, karena tidak sesuai dengan aturan kepramukaan yang ada dan meresahkan.
“Saya bekukan dan tidak melakukan kegiatan apapun sampai terbentuknya Satu Komunitas (Sako),” tambah Vetris seperti ditulis dalam surat pernyataannya di depan penyidik.
Sementara, ketika dipertemukan langsung oleh tim penyidik dengan Ketua Kwarnas, Adhyaksa Dault, dan beberapa pengurus Pramuka, maka layaknya bapak dengan anak, ke-sembilan mahasiswa tersebut meminta maaf sekaligus meminta foto, berpelukan dengan mantan Menteri Pemuda dan Olahraga ini di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Suasana ruang penyidik Polda Metro Jaya pun jadi haru, karena di ujung pertemuan ditutup dengan doa bersama. Bahkan, hari ini, Minggu (12/4/2015), Adhyaksa mengundang para mahasiswa itu untuk bersilaturrahim dengan makan siang bersama di sebuah restoran di Jakarta.
“Pesan saya satu: Jadilah pramuka yang benar. Jangan merusak sistem,” tandasnya.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Kwarnas melalui Ahmad Mardiyanto, andalan nasional bidang kesekretariatan, melaporkan ke-sembilan mahasiswa tersebut dengan empat tuntutan, yakni pencemaran nama baik, perusakan fasilitas pagar Kwarnas, dan melakukan aksi demonstrasi tanpa izin pemberitahuan ke aparat.
“Kami akan bersikap tegas terhadap kelompok atau oknum yang membuat organisasi pramuka tidak baik dan tercemar namanya,” tandas Ahmad Mardiyanto.
“Ibarat nila setitik rusak susu sebelanga, janganlah gerakan Pramuka ini rusak hanya karena ulah segelintir orang yang tidak bertanggungjawab,” tambahnya.
Sumber : http://news.okezone.com/read/2015/04/12/338/1132790/setelah-minta-maaf-pramuka-gadungan-dibebaskan-polisi
Menurut Vetris, dirinya berjanji akan membekukan organisasi yang ia dirikan itu, karena tidak sesuai dengan aturan kepramukaan yang ada dan meresahkan.
“Saya bekukan dan tidak melakukan kegiatan apapun sampai terbentuknya Satu Komunitas (Sako),” tambah Vetris seperti ditulis dalam surat pernyataannya di depan penyidik.
Sementara, ketika dipertemukan langsung oleh tim penyidik dengan Ketua Kwarnas, Adhyaksa Dault, dan beberapa pengurus Pramuka, maka layaknya bapak dengan anak, ke-sembilan mahasiswa tersebut meminta maaf sekaligus meminta foto, berpelukan dengan mantan Menteri Pemuda dan Olahraga ini di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Suasana ruang penyidik Polda Metro Jaya pun jadi haru, karena di ujung pertemuan ditutup dengan doa bersama. Bahkan, hari ini, Minggu (12/4/2015), Adhyaksa mengundang para mahasiswa itu untuk bersilaturrahim dengan makan siang bersama di sebuah restoran di Jakarta.
“Pesan saya satu: Jadilah pramuka yang benar. Jangan merusak sistem,” tandasnya.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Kwarnas melalui Ahmad Mardiyanto, andalan nasional bidang kesekretariatan, melaporkan ke-sembilan mahasiswa tersebut dengan empat tuntutan, yakni pencemaran nama baik, perusakan fasilitas pagar Kwarnas, dan melakukan aksi demonstrasi tanpa izin pemberitahuan ke aparat.
“Kami akan bersikap tegas terhadap kelompok atau oknum yang membuat organisasi pramuka tidak baik dan tercemar namanya,” tandas Ahmad Mardiyanto.
“Ibarat nila setitik rusak susu sebelanga, janganlah gerakan Pramuka ini rusak hanya karena ulah segelintir orang yang tidak bertanggungjawab,” tambahnya.
Sumber : http://news.okezone.com/read/2015/04/12/338/1132790/setelah-minta-maaf-pramuka-gadungan-dibebaskan-polisi
0 comments:
Post a Comment